Senin, 23 Februari 2009

Dari Braga Hingga Djuanda ( Perjalanan I )



Rupanya tak mudah untuk menghadirkan berita berikut dokumentasinya seperti gambar dengan memenuhi kriteria penayangan serta estetika keindahan. Banyak kendala yang hadir semisal cuaca yang tak bersahabat. Maklum, langit Bandung sedang getol-getolnya menunaikan 'hajatnya' mengguyurkan hujan.

Cuaca yang memang sulit ditebak, tak urung membuat perjalanan Tim Bidik Bandung (TMB) lebih banyak rehatnya ketimbang bernafsu mencari informasi untuk bahan tayangan. Sebuah kendala yang memang tak bisa dilawan oleh tim kami yang memang masih hijau untuk urusan seperti demikian.

"Kepulangan" kami dari Braga beberapa hari lalu tak banyak menuai hasil. Obyek yang akan dibidik lebih banyak ditumbuhi 'jerawat' berupa titik air hingga si obyek tampak bias jika dilumat mata kamera. Hasilnyanya pun begitu absurd alias tidak jelas. Saya yakin, Anda tidak akan mau disuguhi gambar yang kurang mengena, bukan?

Merasa pulang dengan tangan hampa, ada obat yang bisa mengobati rasa kecewa tadi. Sepanjang perjalanan di tengah guyuran hujan kami masih bisa menyaksikan cahaya lampu benderang sepanjang kota Bandung. Bandung, memang indah kala malam menjelang. Apalagi saat itu hujan rintik, yang tentunya kilau air menembus masuk menuju cahaya. Persis sebuah siluet.

Sepanjang jalan Bandung seolah sudah berubah menjadi Kota Mode yang yang tak jemu bersolek. Sepanjang jalan yang tampak di kiri-kanan adalah ribuan manekin di balik kaca puluhan outlet. Manekin cantik itu seperti melambaikan tangan, mengajak masuk dan membelanjakan uang di kantong kita.

Persis memasuki jalan Djuanda yang orang lebih mengenalnya sebagai Jalan Dago, mulai dari awal yang tampak adalah deretan beberapa arena 'cuci mata'. Planet Dago, adalah yang sering banyak dikunjungi malam itu. Di bawah cuaca yang tak bersahabat, puluhan muda-mudi asyik bercengkrama di bawah sinar lampu yang dibuat temaram.

Persis di bawah jalan play over Pasupati, beberapa anak muda tanggung memainkan Skateboard dengan tertatih-tatih. Mereka mungkin tengah berlatih. Sementara di sebrangnya, di antara lampu taman, beberapa pengasong, pengemis atau pengamen tengah mengaso. Melepas lelah setelah sekian lama mengaduk hidup dengan masing-masing caranya...

Tak terasa, Jalan Djuanda telah habis kami lewati. Sesaat lagi pintu ruang sederhana kami di mana kami "bermarkas" akan terbuka. Alhamdulillah, kendati tak membawa hasil tapi bersyukur perjalanan kali ini terasa lebih menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar